Dasar anak

"Wah, kok ayam gorengnya masih ada" kudengar perkataan zakiah dari dapur.
Aku yang sedang di dalam kamar tersenyum sendiri mendengar perkataannya. Dasar anakku. Bilang saja kalau kamu masih mau. Padahal uminya belum lagi makan malam, tadi mbaknya udah wanti-wanti tinggalin umi, jangan digadoin saja ayam gorengnya. Sejak digoreng sehabis magrib ini, yang namanya zakiah sudah gadoin tiga potong ayam goreng, itu yang aku denger dari ayuknya nabila.



"Ma! Mama gak mau ya ayamnya. Buat aku aja ya?" tanpa malu-malu dan tanpa perasaan bersalah mau ngambil jatah makan malam uminya, zakiah meminta jatah ayam gorengku.

"Iya. makan aja" tanpa punya pilihan, aku iyakan saja permintaanya.

"Asyik!" kudengar soraknya dengan gembira seperti sudah satu bulan nggak makan ayam goreng saja lagaknya.

Jadilah malam itu aku hanya makan bertemankan sambal oncom dan sayur bayam. Nggak apa-apalah. Jangankan cuma sepotong ayam goreng, apapun yang kalian minta, anak-anakku, akan aku berikan. Sekalipun aku harus menukar kebahagiaanku dengan kebahagiaan kalian. Karena kebahagiaanku yang sesungguhnya adalah ketika melihat kalian berbahagia.