.: Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang :.

Sunday, April 10, 2011

CINTA YANG TERGANTI

Malam terasa  semakin sepi, namun mataku sampai detik ini masih belum terpejam.  Anganku mengajak kemasa lalu ketika suamiku meminta izin untuk menikah lagi. Sakit itu masih sangat terasa.

“Ma, aku ingin menikahi temanku” pelan suara Mas Haris  suamiku, tapi bagai halilintar terdengar di telingaku. Kesedihanku langsung memuncak.


“Apa yang meyebabkan Mas ingin menikahinya? Apakah dia lebih cantik dariku?” tanyaku dengan tangis yang akhirnya tak bisa kusembunyikan.

“Aku kasihan dengannya. Dia bercerai dengan suaminya karena suaminya sering berbuat kasar terhadapnya”
“Apakah Mas mencintainya?”

“E…… aku tidak tahu. Yang aku tahu dia sangat membutuhkanku. Maafkan aku Rani. Aku tidak tahu apakah rasa itu ada, tapi aku hanya ingin melindunginya. Aku berjanji  tidak akan meyia-nyiakan dirimu dan anak-anak. Aku akan bersikap adil”. Tegas suamiku mengatakan itu, namun bagai sembilu mengiris hatiku dan membuatku terdiam dalam duka.

Saat itu aku merasakan dunia seolah runtuh menimpaku, menggilas tubuhku hingga remuk dan menyebabkan air mata anak-anakku berderai tanpa bisa kuhapus dengan tanganku. Perasaan tak rela menyebabkan aku  diam hingga berhari-hari. Aku marah, aku benci pada suamiku. Tapi melihat suamiku yang  juga semakin hari semakin lebih banyak diam, akhirnya aku mengalah.

“Mas boleh menikahi wanita itu” kataku malam itu dengan air mata yang tertahan.

“Rina, jangan paksa hatimu jika kau tak rela”. Suamiku menatapku, ada harap di matanya, dan aku sadar mata itu tak hanya  akan jadi milikku lagi.

Aku berusaha tersenyum, “Aku hanya menginginkan kebahagiaan buat Mas. Jika Mas bahagia, insya Allah aku juga akan bahagia”

“Terima kasih Rina. Kau sungguh istri yang baik” suamiku tersenyum bahagia “Besok aku akan melamarnya. Doakan aku ya”. Sambil mengecup pipiku, suamiku langsung meraih HPnya dan menelpon seseorang. Dia memberitahukan rencana
lamarannya.

***
Pagi-pagi suamiku sibuk mencari baju yang terbagus untuk dipakainya melamar wanita itu. Pukul delapan, dia pergi sambil tak lupa meminta doaku agar rencananya sukses. Aku hanya tersenyum hambar, dan tak lama kemudian air matakupun tumpah.

Sekarang, jam di dinding menunjukkan pukul satu dini hari.  Aku masih berharap suamiku pulang meski aku tahu dia tak akan pulang sampai tiga hari kemudian. Tadi dia hanya menelpon mengatakan bahwa  dia langsung menikah dan akan menginap di rumah istri mudanya selama tiga hari.  Pergi selama tiga hari, menikah lagi, dan dia hanya menelpon untuk memberitahukan berita itu, aku benci  tapi sungguh aku merasa sangat rindu. Dalam kelam malam ini aku berbisik lirih, berharap dia merasakan suara hatiku, “Mas, aku tidak pernah rela Mas menikahi siapapun, tidak, seumur hidupku……………”

1 comment:

Anonymous said...

Semoga cinta tidak terganti :)