.: Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang :.

Thursday, June 25, 2009

Operasi Bibir 22 Februari 2008


Bukan sesuatu yang menyenangkan jika bicara tentang operasi. Operasi apapun, kecil apalagi jika sebuah operasi yang besar, yang melibatkan anestesi total. Operasi adalah sesuatu yang sangat mengerikan. Ada banyak keraguan, ketakutan, dan kecemasan, akankah ia yang akan dioperasi akan kembali menjadi milik kita. Atau justru Allah lebih menyayanginya dengan mengambilnya, mencabut nyawanya.

Hasil Lab rizqi sebenarnya tidak begitu bagus. Lekositnya masih agak tinggi. Sudah telepon dokter, alhamdulillah katanya nggak apa-apa. Deg-degan juga, tapi alhamdulillah ada ponakan yang menguatkan. Insya Allah semuanya akan baik-baik saja. Allah pasti akan memberikan hasil yang terbaik untuk Rizqi.




Berangkat dari Bandar Lampung jam 10 malam. tiba di Stasiun Gambir jan 5 subuh. Sholat, langsung ngasih makan rizqi. Dia sudah harus langsung puasa. Jadwalnya sih jam 5, tapi kasihan nanti kelamaan puasanya. Jam 5.30 rizqi stop makan dan minum. Kugendong terus biar nggak bangun sampai saat operasi yang dijadwalkan jam 9.

Ups. Jam 7 rizqi bangun, pas mau berangkat ke RSCM. Dia betul-betul gelisah. Jakarta terasa panas, dia pasti haus. Sabar-sabar ya, sayang.
Tepat jam 7.30 kita sampai di RSCM. Rizqi sudah kehausan, nangis terus, padahal jadwal operasi masih lama. Aduh, sempat bingung juga. Digendong juga tetap nangis. Menjelang jam 9.00 sudah hampir lega, karena sudah jamnya operasi. Tapi, dokternya belum datang, sudah keduluan pasien yang lain. Sabar...sabar.
Jam 10.00 Rizqi dipanggil, diperiksa lagi, berat badannya ternyata kurang, cuma 4,8 kg, yang seharusnya 5 kg. Tapi alhamdulillah, kata dokter anestasinya nggak apa-apa. Jam 10.30 Rizqi masuk ke ruang operasi. Berat sekali melepas dia, sendirian. bajunya dibuka, pasti dia kedinginan di dalam sana.

Doa yang tak henti kumohonkan kepada Allah dengan segenap kepasrahan atas segala keputusan-Nya. Mohon yang terbaik untuk kami semua. Tepat jam 12.30 operasi selesai. Melihat Rizqi keluar dari ruang operasi, alangsung kupeluk dia, tak kuasa kutahan tangisku, melihat jahitan di bibirnya yang masih berdarah.

Satu jam kemudian, setelah kondisi Rizqi diperkirakan baik, kita boleh pulang. Dengan dibekali salep buat luka, antibiotik dan obat lainnya. Kita menuju ke Hotel yang telah dipilihkan oleh keponakan. Alhamdulillah. Semoga Rizqi bisa tenang. Tapi, ups, dugaanku salah, Rizqi rewel sekali, mau digendong terus, dia tidur, tapi kalau ditaruh bangun, padahal kita kan harus jaga jangan sampai dia nangis, takut jahitannya lepas. saat-saat yang mengerikan, belum lagi tiap di nangis, darah mengucur dari bibir dan hidungnya. ya Allah, jangan sampai terjadi hal-hal tidak diinginkan, doaku.
Jadilah malam itu, aku tidur sambil memangku dan menggendong rizqi, Har yang melelahkan.
Alhamdulillah, ada Ibu Mertua yang membantu membuatkan susu baut Rizqi, jadi walau tidak bisa tidur nyenyak, tidak terlalu capek.
Pagi harinya kita sudah harus pulang, kasihan kakak rizqi yang lain yang ditinggal. Sepanjang perjalanan ke lampung adalah hari yang penuh emosi dan kemarahan dan juga harus dengan kesabaran, karena Rizqi terus menangis sepanjang perjalanan.

1 comment:

tini said...

Semoga Allah memberikan kebahagiaan buat Rizqi setelah merasakan begitu banyak penderitaan. AMin.