.: Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang :.

Monday, February 11, 2013

Anak lelakiku

Penasaran atas hobi tidur bujang kecilku, badannya yang tampak lemas dan terlihat lebih kecil dari berat lahirnya, serta kesulitannya untuk menyusu langsung dariku, kubawa ia ke dr. SPA. Saat menimbang berat badannya yang berkurang 300 gram dari berat lahirnya, aku semakin yakin ada masalah dengannya. Mungkin ada infeksi di tubuhnya saat proses persalinan yang lama, atau sakit fisik lainnya yang segera bisa diberi obat dan cepat sembuh.
“Kondisi jantungdan paru-parunya baik, testis juga bagus” Alhamdulillah. Dalam hati aku merasa sangat lega. “ Tapi ada kelainan yang disebut dengan down syndrome…………”
Detik juga rasa aku merasa tak lagi berpijak pada tanah, aku merasa melayang dan semua kebahagiaan terenggut dengan paksa. Hal yang paling kutakutkan saat kehamilan, sangat mengerikan untuk punya keberanian sekedar membayangkan jika bayi yang pernah tinggal dalam rahimku ternyata penderita down syndrome. Tak bisa berkata, hanya tiba-tiba air mata luruh tanpa bisa kucegah.
Mengapa…….Mengapa harus aku. Lagi! Untuk kali kedua aku harus merasakan mempunya anak laki-laki dengan kebutuhan khusus. Terbayang semua kejadian bersama anak laki ketigaku yang juga mengalami bibir sumbing dan noonan syndrome. Shock, hancur, luruh, lemas. Aku teringat dengan keinginanku saat mulai hamil, ‘Aku ingin mempunya anak laki-lakia yang normal………..’
Melihat aku yang menangis sepanjang perjalanan pulang, suamiku mengajak langsung ke dokter lain, “Kita harus cari dokter lain, jangan terlalu percaya dengan satu dokter” “Sudahlah, aku masih belum siap untuk mendengan vonis yang sama dari dokter lain” Rasa ingin tahu akan kebenaran bahwa anakku down syndrome membawaku ke dokter SPA yang lain. Dan vonis dokter tak terlalu jauh berbeda, “ tampaknya anak ibu mengalami kelemahan syaraf. Selintas dari wajah seperti down syndrome tapi dari ciri tangan tidak mengarah ke down syndrome. Untuk memastikannya harus dengan cek lab. Yang perlu mendapat perhatian saat ini adalah kuningnya. Dia harus segera diopname, tampaknya dia mengalami dehidrasi karena beratnya telah berkurang 10 % dari berat lahirnya”
Jadilah hari itu hari yang tak terduga, niat hati hanya konsultasi akhirnya berujung dengan mengirimnya ke rumah sakit. Dan si kecilku harus sudah merasakan jarum-jarum kecil itu bergantian menusuk tangan mungilnya untuk memasukkan infuse. Setiap mendengar tangisnya ketika tusukan jarum menghujam tubuhnya hanya zikir yang bisa terus kuucapkan. “Ya Allah, mudahkanlah, mudahkanlah agar sakit anakku cepat berakhir………” Sekarang Danish kecilku sudah pulang. Rasa sayangku semakin bertambah setiap harinya. Dia adalah bonus tabungan untukku di akhirat. Seperti kata suamiku,”‘Ikhlas… Insya Allah kita akan meraih surga karenanya”
Aku bahagia memilikinya, setiap malam aku selalu membisikkan kata-kata padanya meskipun matanya hampir selalu terpejam, “Danish anak yang sehat, kuat, dan normal. Danish akan tumbuh seperti anak yang lain. Kamu bisa sayang…”

4 comments:

Anonymous said...

Subahanallah, makasi bunda share nya. putra saya juga di diagnosis dokter down syndrome Alhamdulillah lahir pada hari senin, 16 september 2013 secara cesar. Habib di rawat selama seminggu di RS hari ke 3 kami di beritahu dokter bahwa anak kami menderita down sydrom pertama kali mendengar vonis dokter hati kami hancur dan kami cuma bisa menguatkan air mata tak hentinya menetes, dengan berjalannya waktu kami jadi sadar bahwa anak kami adalah investasi akherat kami dan insya allah akan mendidik sebaik2 nya, makasih share nya bund membuat saya termotivasi lagi. btw untuk anak ke 3 dan 5 bunda melakukan skrining enggak supaya bayi lahir normal ? makasih bund...

Anonymous said...

Subahanallah, makasi bunda share nya. putra saya juga di diagnosis dokter down syndrome Alhamdulillah lahir pada hari senin, 16 september 2013 secara cesar. Habib di rawat selama seminggu di RS hari ke 3 kami di beritahu dokter bahwa anak kami menderita down sydrom pertama kali mendengar vonis dokter hati kami hancur dan kami cuma bisa menguatkan air mata tak hentinya menetes, dengan berjalannya waktu kami jadi sadar bahwa anak kami adalah investasi akherat kami dan insya allah akan mendidik sebaik2 nya, makasih share nya bund membuat saya termotivasi lagi. btw untuk anak ke 3 dan 5 bunda melakukan skrining enggak supaya bayi lahir normal ? makasih bund...

tini said...

Makasih kang budhi bersedia mapir ke blog saya. Semoga kita bisa saling berbagi pengalmaan dalam mendidik anak kita yang spesial ya.

hubbulwathon said...

Maaf bunda mohon sharingnya, kata salah seorang teman Saya,anak saya Noonan syndrome, until mengetahui kalau seorang bayi Noonan syndrome itu bagaimana ya bunda?
Terima kasih sebelumnya